Kuantar kepergianmu


IMG_20130728_163451Hal yang paling menyedihkan bagi setiap orang tua adalah ketika terpaksa harus mengantarkan anaknya ke pemakaman. Setiap orang tua berharap, dialah yang diantarkan oleh anaknya ke pemakaman, bukan sebaliknya. Tapi manusia boleh berkeinginan, Tuhan lah yang menentukan. Itulah yang harus dijalani oleh OmpuTonggi. Untuk kedua kalinya OmpuTonggi harus melepas kepergian anak lelakinya menghadap Tuhan. Beban psikologis ini harus dihadapi dan harus dijalani.

 

Pagi itu Ompu Tonggi tak punya firasat apa-apa, karena itu dengan santai ia pergi menuju kebun yang berjarak sekitar 700 meter dari rumah.  Sudah menjadi kebiasaan sejak lama OmpuTonggi akan pergi ke kebun untuk merawat kebun sekaligus untuk menggerakkan otot-otot tubuhnya. Belakangan dengan umur yang semakin bertambah, merawat kebun tidak bisa lagi dilakukannya seperti dulu. Kadang kalau merasa terlalu capek bekerja di kebun itu, pulangnya ia sengaja naik becak meski hanya sejauh 700 meteran dari rumah.  Pagi itu OmpuTonggi ke kebun dengan perasaan santai, ia ingin membersihkan rerumputan yang sudah mulai tumbuh di sela-sela pohon singkong yang belum lama ditanam.

Menjelang tengah hari, OmpuTonggi diminta pulang ke rumah, karena akan ada telepon dari anaknya di Jakarta. Ia segera membereskan peralatannya dan segera pulang. Biasanya bila ada hal-hal penting dari anak-anaknya di pulau Jawa, OmpuTonggi akan dipesan untuk menunggu di rumah. “Berita penting apakah yang akan kudengar kali ini“, pikirnya dalam hati. Sesampainya di rumah sambil membersihkan diri, OmpuTonggi menunggu dering telepon. Tak lama kemudian, telepon yang dinanti tiba.

“Hallo, horas oma, bagaimana kesehatanmu?“, suara anak pertamanya di seberang telepon.

“Horas, hipas do au amang“, OmpuTonggi menimpali.

“Syukurlah kalau ibu sehat-sehat saja, begini, semoga oma tabah mendengar berita ini”,  suara dari seberang berhenti sebentar.

“Ia anakmu bapak ni si Ganda nunga marujung ngolu nangkin sekitar jam 11 siang”. OmpuTonggi terhenyak mendengarnya, dan sesaat ia tak bisa berkata-kata. Setelah menarik nafas dalam-dalam barulah ia berujar:

“Ai aha sahitna, boasa songoni tompu?”.

“Ya begitulah, memang mendadak,  cuma sesaat di periksa dokter, tau-tau sudah tidak tertolong. Dokter menduga dia terkena serangan jantung”.

OmpuTonggi cukup tegar mendengar berita itu, ia berusaha menahan perasaaanya. Hatinya seperti teriris. Ketika putra bungsunya meninggal beberapa tahun silam, juga secara mendadak, meski ia sempat melihat putranya di rumah sakit, tapi ia sudah tak dapat berbicara kepada anak bungsu itu. Kini, OmpuTonggi kembali menghadapi kenyataan bahwa anak lelakinya pergi menghadap Tuhan, OmpuTonggi bahkan tak sempat melihat sedikit gerakan apapun. Karena itu ia bertekat untuk segera ke Jakarta untuk menyaksikan jenazah anaknya, bapak si Ganda.

Bandara Kualanamu baru dua hari beroperasi, OmpuTonggi tidak tau bagaimana harus ke Kualanamu. Meski secara jarak, Kualanamu lebih dekat ke Tg. Morawa ketimbang ke Polonia, tapi karena masih baru beroperasi, OmpuTonggi sempat kebingungan bagaimana ia harus mencapai Kualanamu untuk segera terbang ke Jakarta. Beruntung beberapa orang sigap membantu dan terutama adik OmpuTonggi dari Simalingkar segera datang untuk membereskan tiket serta mengantarkan OmpuTonggi ke Kualanamu dengan menumpang bis Damri dari Terminal Amplas di Medan.

Ketika OmpuTonggi akhirnya tiba di Pabuaran Cibinong, ia mendapati jenazah anaknya terbujur kaku, prosesi pemakaman sudah dipersiapkan, tinggal menunggu kehadiran OmpuTonggi, supaya ia sempat melihat naknya untuk terakhir kalinya. Tak berapa lama, proses pemberangkatan jenazah segera dimulai.

Gordon, bapaknya Ganda, sebulan lagi akan berusia 5o tahun. Ia akan diantarkan oleh ibunya, OmpuTonggi ke pemakaman.

“Selamat jalan anakku, kuantar kepergianmu dengan hati yang amat berat, tenanglah kau bersama Tuhan di sana. Kami akan melanjutkan perjalanan hidup.”

TPU Cirimekar Cibinong, sore itu sendu, langit mendung siang tadi telah tertiup angin, sehingga pemakaman sore harinya berlangsung lancar.

1 Comment

Filed under Umum

One response to “Kuantar kepergianmu

  1. Bapakku juga tutup usia yang ke 54 tahun 2 minggu lalu Uda, kata dokter kena serangan jantung… padahal 2 jam sebelum dia pergi masih ngobrol bahagia dengan itoku yang berulangtahun di hari kepergiannya. rasanya segala hal yang mengejutkan dari Tuhan berat banget untuk kita terima. tapi bagaimanapun kita yang ditinggalkan harus tetap kuat menerimanya… 🙂

Leave a comment